Kristi Eka Arummi

MASA DEPAN ADALAH MILIK MEREKA YANG PERCAYA PADA KEINDAHAN MIMPI-MIMPI MEREKA...

"The Future Belongs To Those Who Believe In The Beauty Of Their Dreams"

WELCOME TO KITTIW BLOG

Jumat, 27 Juni 2014

BLACK CAMPAIGN

Kampanye hitam dan kampanye negatif kini tak bisa dikenali lagi. Sebenarnya kampanye negatif memiliki unsur edukasi demokrasi, yakni menampilkan sosok negatif capres – yang pasti ada dimiliki atau melekat pada capres atau para pendukungnya karena tak ada manusia sempurna. Namun, ketika kampanye negatif muncul, serta-merta kubu capres yang berseberangan akan menyatakan itu kampanye hitam. Apa dampak dari kerancuan antara kampanye hitam dan kampanye negatif?
Akibat terjadinya kerancuan antara kampanye hitam dan negatif sangat fatal: kampanye hitam semakin marak dan menimbulkan kerugian dan luka menganga di masyarakat, selain merusak ‘nama baik’ calon pemimpin Indonesia. Bagaimana pun, salah satu dari capres Prabowo atau Jokowi, suka tak suka akan menjadi pemimpin bagi 230 juta rakyat Indonesia.
Contoh kampanye negatif adalah mengkritisi kinerja Jokowi di DKI dianggap sebagai kampanye hitam oleh kubu Jokowi-JK. Contoh kampanye negatif tentang penculikan dianggap sebagai kampanye negatif oleh kubu Prabowo-Hatta. Jadi justru dari masing-masing kubu telah mengaburkan perbedaan antara kampanye hitam dan kampanye negatif: jadi campur baur.
Akibat dari pengaburan kampanye hitam black campaign dan negative campaign di seluruh media online, televisi, radio, media sosial seperti Youtube, Twitter, Facebook, dan blogs, media massa koran dan tabloid serta selebaran, adalah rakyat tak lagi mampu membedakan kampanye hitam dan kampanye negatif.
Kini semua kampanye hitam, hijau, kuning, putih telah blur dan menyatu dan tak bisa diidentifikasi lagi. Terpaparnya kampanye hitam di ruang publik yang isinya ‘merendahkan martabat’ calon presiden baik Jokowi maupun Prabowo adalah bukti bangsa ini merendahkan martabat bangsa. Kedua capres menggelorakan Indonesia menjadi bangsa yang ‘bermartabat’. Namun faktanya sejak awal kampanye dilakukan dengan tidak santun. Diawali dengan strategi menyindir lewat puisi oleh Fadli Zon – sebagai kepanjangan dari strategi kampanye negatif yang sudah dirancang selama lima tahun oleh Noudhy Valdryno – maka kampanye negatif bergulir dengan deras. Berhasilkah?
Strategi kubu Prabowo menggelorakan isu ‘batutulis’, ‘raisopopo’, ‘boneka’, tabloid Obor Rakyat, mampu mengerek elektabilitas Prabowo mendekati Jokowi. Kubu Jokowi awalnya cuma bereaksi ‘rapopo’ dan ‘rapopo’, namun ketika tahu bahwa mendiamkan kampanye hitam dan negatif akan membuat elektabilitas Jokowi rusak. Maka secara masif serangan kubu Jokowi mengena: Jokowi membuat pernyataan terbuka tentang berbagai isu dari mulai ‘Tionghoa’, ‘Kristen’ dan sebagainya dengan santun dalam kampanye blusukannya.
Selain itu, kreativitas kubu Prabowo dalam membuat materi kampanye membuat dumay –dunia maya hingar-bingar. Anak-anak muda semangat. Namun yang tak diperhitungkan adalah efek kampanye tersebut baik kepada ‘kawan’ maupun ‘lawan’, pendukung dan penentang. Pada akhirnya kedua kubu adu kekuatan mencari data dan fakta yang bisa menghantam kubu ‘lawan’ dan membaiki kubu ‘kawan’. Hasilnya sungguh luar biasa.
Maka keluarlah SK Pensiun Prabowo yang melegitimasi Prabowo diberhentikan dengan hormat. Merasa menang dan menjadi polemik, dimunculkan lagi Surat Dewan Kehormatan Perwira, yang akhirnya mengalir menuju pada berbagai klarifikasi dari Prabowo dan Wiranto. Penjelasan keduanya tidak memberikan dampak apa pun: kubu Prabowo tetap menganggap kasus penculikan tidak terbukti dan tidak dibuktikan di depan sidang pengadilan, serta kubu Jokowi lewat Wiranto menyatakan terbukti Prabowo telah melakukan perbuatan tercela berupa penculikan atas inisiatif sendiri Prabowo.
Selesai sampai di situ? Tidaaaak. Persiapan materi kampanye hitam yang telanjur dibuat sudah kelewat banyak dan meluncurlah Transkrip Megawati Jaksa Agung, yang dengan segera dilaporkan di Youtube yakni unggahan video Prabowo yang menyuruh ‘rampok tetanggamu yang kesusahan’.
Jelas berbagai tayangan video, yang dicuplik, yang ditambahi, yang dikurangi, sehingga menguntungkan masing-masing capres tertentu berseliweran di dunia maya. Namun kehebatan strategi kampanye ala Noudhy Valdryno ternyata terbukti mendapatkan perlawanan – bahwa ketika pengamat politik menyatakan bahwa kampanye hitam menguntungkan Prabowo adalah hal yang luar biasa – dari kubu Jokowi.
Akibat aksi-reaksi terhadap kampanye hitam dan negatif, maka kampanye menjadi ajang adu kreativitas yang kebablasan yang pada akhirnya menurunkan martabat para capres – yang pada akhirnya mau nggak mau Indonesia akan dipimpin oleh Prabowo atau Jokowi. Rakyat pun menelanjangi para pemimpi mereka – dan para pendukung mereka. Ini semua sebagai akibat dari kampanye negatif, hitam dan abu-abu yang kebablasan dan tak memiliki kontrol tata krama dan kesopanan. Segala cara dihalalkan.
Kondisi ini menyebabkan dampak lain di masyarakat yakni publik apatis dengan semua kampanye baik hitam maupun negatif, maupun putih. Peran semua media massa (online, koran, televisi, radio) yang terpecah dan tak obyektif memberitakan Prabowo dan Jokowi menyebabkan masyarakat pemilih apatis terhadap semua pemberitaan. Artinya rakyat dirugikan karena tak memiliki media yang memberikan pencerahan. Media yang terpecah menyebabkan pemilihan presiden tak maksimal memilih calon terbaik dari dua orang buruk – seperti digambarkan oleh kampanye hitam.
Kondisi ini ditangkap oleh masyarakat yang mulai jengah dan sebel dengan media yang terpecah. Rakyat kembali kepada posisi status quo – karena sangat bingung dengan aneka materi kampanye kedua capres. Posisi status quo ini terbukti dan terlihat terkait elektabilitas Prabowo yang meningkat namun tetap tak bisa melewati Jokowi. Menyadari hal ini, kampanye hitam semakin digelorakan, hasilnya tetap Jokowi tak terkejar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar